Sejarah

Latar Belakang

“Berdirinya Seminari YMV Saumlaki sejak tahun 1964, merupakan sebuah kemendesakan untuk menjawab kebutuhan umat dan Gereja akan tenaga Imam asal Kepulauan  Tanimbar. Untuk itu keberadaan  Seminari YMV selama ini memiliki arti khusus dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi umat Katolik di wilayah ini”; Demikian dikatakan Wakil Uskup Wilayah Maluku Tenggara Barat – Maluku Barat Daya, P. Yan Alubwaman, Pr sebagaimana direalise oleh Radio Ureyana Saumlaki.

Menurut P. Yan, Pr, Umat Katolik di wilayah Tanimbar mesti diingatkan untuk terus memberikan dukungan dan perhatian terhadap keberadaan Seminari Santo Maria Vianey Saumlaki, sebagai salah satu lembaga pendidikan para calon  Imam di Keuskupan Amboina, yang akan merayakan Ulang Tahunnya ke 50 tanggal 4 Agustus 2014 mendatang.

Lanjut P. Yan, Pr, sejak dihentikannya subsidi dari Roma (Tahkta Suci Vatikan ) pada akhir tahun 1999, maka keberadaan Seminari YMV perlu mendapat perhatian seluruh umat di kepulauan Tanimbar terutama Tokoh-Tokoh umat, baik yang berkarya di lembaga pemerintah maupu swasta, untuk lebih memperhatikan dan memajukan Seminari YMV sebagai satu-satunya  lembaga pendidikan formal yang mendidik  Tunas-Tunas Muda Gereja yang akan mengabdikan diri seutuhnya sebagai Calon-Calon Imam dimasa mendatang.

PEMILIHAN nama Santo Yohanes Maria Vianney  (YMV) untuk Seminari yang terletak di Jl. Misi/RS Fatima Olilit Baru, Saumlaki, itu dilatari oleh semangat dan keteladanan hidup St. Yohanes Maria Vianney. Kesederhanaan, kerendahan hati, dan semangat juang St. YMV menjadi inspirasi bagi arah dan gerak maju seluruh proses pembinaan dan pendidikan para calon imam. Sekalipun kemampuan intelektualnya disebut-sebut terbatas, namun St. YMV memiliki daya juang untuk membangun hidup jadi lebih bermakna. Ia sungguh meyakini bahwa hidup setiap orang adalah sebuah rahmat.

Dengan menyandarkan hidupnya pada kekuatan Roh Kudus, St. YMV diharapkan mampu menampilkan dirinya sebagai seorang figur rendah hati, mampu melihat jauh ke depan dan memahami aneka kebutuhan serta gejolak rasa setiap orang.

Sejarah dan Perkembangan

Cikal-bakal berdirinya Seminari St. Yohanes Maria Vianey berasal dari sebuah asrama putera. Asrama putera ini dibangun untuk menampung para pelajar yang datang dari jauh guna mengenyam pendidikan di Saumlaki.

Seiring perkembangan dari waktu ke waktu, situasi kehidupan di asrama dinilai sangat membantu para siswa untuk belajar dan dibina secara baik. Para pembina saat itu akhirnya melihat perlunya mendirikan sebuah lembaga pendidikan calon imam. Inilah beni awal lahirnya Seminari St.YMV.

Maka, pada tahun 1964 oleh Pastor Ouden Hoven MSC, Seminari St. Yohanes Maria Vianney resmi dirikan. Seminari St. YMV Saumlaki didirikan untuk jenjang menengah pertama.  Seminari kecil ini menerima siswa dari lulusan sekolah dasar. Ini setara dengan sekolah menengah pertama. Sekalipun telah berdiri Seminari, keberadaan asrama lama masih tetap dipertahankan untuk menampung para pelajar dari kampung dan desa.

Data lain dari sekretariat Keuskupan yang dihimpun  tahun  2012  diketahui bahwa Seminari  St.  Yohanes  M. Vianney,  Saumlaki,  MTB,  memiliki  86  siswa.

Prospek Seminari St. Yohanes Maria Vianney

Sejak didirikan pada tahun 1964 lalu hingga kini, Seminari St. YMV terus berbenah. Terdapat beberapa kebutuhan mendesak untuk dibenahi. Pertama, kebutuhan akan tenaga pembina. Diakui bahwa sejak berdiri, persoalan keterbatasan tenaga pembina dan pengajar di Seminari St. YMV menjadi perhatian utama. Data menunjukkan bahwa hanya ada seorang imam yang ditunjuk untuk menjabat sebagai rektor, didampingi oleh satu atau dua frater pastoral. Terkadang, imam yang bersangkutan rangkap jabatan. Hingga pada kenyataannya jabatan yang dipegang imam didelegasikan kepada dua frater pastoral.

Padahal Seminari ini membutuhkan sedikitnya 5 orang imam dengan pembagian tugas tertentu; sebagai rektor, pamong/akademik atau kepala sekolah, pamong disiplin/kepala asrama, ekonom, dan pendamping spiritual siswa.

Kebutuhan mendesak lainnya adalah ketersediaan tenaga pengajar yang berkualitas. Seminari kesulitan mendapat tenaga pengajar berkualitas karena faktor keterbatasan dana bagi gaji guru. Untuk mengatasi hal ini, tenaga guru dari sekolah lain diminta untuk mengajar di Seminari. Saat ini, Seminari juga sedang  mengupayakan kerja sama dengan Pemerintah Daerah untuk menempatkan para guru tetap berstatus pegawai negeri sipil.

Sumber: Buku Profil Seminari Menengah Indonesia Regio Sulawesi-Ambon-Papua Komisi Seminari KWI

Bagikan kepada temanmu...